Menjadi dosen: berjalan dan belajar bersama yang lain

Setiap orang sudah dianugerahi kemampuan dan potensi-potensi tertentu. Dengan kemampuan dan potensi yang sudah diberikan, setiap pribadi adalah rekan kerja Allah untuk mengambil bagian dalam karya Allah di tengah dunia sesuai bidang yang ditekuninya

Oleh: Timotius T Jelahu 

Mereka Menakjubkan … 

Pada bulan September 2014, saya memulai perjalanan di salah satu Perguruan Tinggi swasta sebagai dosen. Kini, berada pada tahun kelima (2018/2019). Masih usia balita. Meski, pengalaman belum cukup, saya kira baik untuk melihat kembali jejak-jejak selama beberapa tahun tersebut. Setidaknya, sebagai ucapan penghargaan yang sederhana untuk waktu dan kesempatan terberi.

Hingga memasuki tahun kelima menjalani profesi sebagai dosen, saya bersandar pada keyakinan bahwa mahasiswa bukanlah selembar kertas putih yang mesti dijejali dengan tinta emas oleh dosen. Masing-masing pribadi dianugerahi potensi dan kemampuan yang menakjubkan. 

Mengamini keyakinan seperti ini tidak berarti bahwa kehadiran dosen dalam ruang kuliah tidak penting. Atau, membiarkan mahasiswa berjalan sendiri dalam mengasah dan megembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam kebersamaan di ruang kuliah atau ruang pengabdian, dosen kiranya dapat menginspirasi dan menyadarkan mereka akan potensi yang dimiliki. Dosen adalah rekan yang membantu mahasiswa dalam melipatgandakan talentanya dan mengembangkan potensinya melalui perkuliahan.

Keyakinan tersebut mendorong saya untuk berupaya mengenal para mahasiswa. Pada semester awal, para mahasiswa diarahkan untuk melihat kembali sejarah hidup mereka sendiri, perjalanan mereka sendiri hingga akhirnya memasuki Perguruan Tinggi dan juga diarahkan untuk mengenal diri serta menyadari potensi dan keunikan masing-masing. 

Dalam kesempatan awal ini, ada beberapa hal yang bisa diperkenalkan dan diharapkan disadari oleh mereka sendiri, antara lain cerita singkat tentang keluarga, motivasi memilih program studi, potensi-potensi diri yang mereka sadari, dan harapan mereka akan masa depan setelah menyandang ijazah. Mahasiswa diminta untuk menuangkan semua hal tersebut dalam bentuk tulisan. Kemudian, para mahasiswa diberi kesempatan untuk membacakan tulisannya bagi teman-teman lain. Dalam proses ini, saya berupaya untuk menangkap gambaran umum tentang mahasiswa setiap angkatan dan kegiatan ini ditutup dengan arahan dari dosen.

Pengenalan awal ini menjadi salah satu pertimbangan dalam mengembangkan pembelajran. Proses pembelajuran selanjutnya diupayakan untuk mengakomodir potensi dan keunikan pribadi dan gambaran umum masing-masing angkatan dan tuntutan akademik program studi. 

Selain berupaya untuk mengenal potensi akademik mahasiswa, hal lain yang diperhatikan adalah kontinuitas dalam memberikan tugas mandiri. Misalnya, pada tahun pertama, tugas mandiri yang diselesaikan oleh mahasiswa adalah meringkas buku dan memasuki tahun berikutnya adalah menulis artikel ilmiah dan opini. Dengan demikian, saya bisa melihat perkembangan dan kemajuan mahasiswa. 

Jangka waktu mengerjakan tugas ditentukan sejak awal. Sebelum tenggang waktu berakhir, saya mengingatkan para mahasiswa untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. 

Perjuangan lain adalah memberikan perhatian yang berimbang kepada setiap mahasiswa. Semua mahasiswa diperlakukan sama, tanpa ada yang lebih diutamakan dan yang lain dinomorduakan. Terkait dengan ini, penilaian untuk mahasiswa mengedepankan objektifitas, dengan menghargai kehadiran, keaktifan, dan tugas madiri. 

Pada akhir perkuliahan, para mahasiswa diberi ruang untuk memberikan evaluasi terhadap seluruh proses pembelajaran. Para mahasiswa diminta untuk memberikan hal-hal positif yang dialaminya selama kuliah berlangsung. Dalam evaluasi akhir semester, para mahasiswa juga diminta untuk memberikan kritik dan saran untuk perbaikan materi pembelajaran dan juga hal-hal yang mesti diperhatikan oleh dosen. Tentu saja, saya rasa baik untuk memberikan pertanggungjawaban dan klarifikasi atas catatan evaluasi dari para mahasiswa tersebut. 

Sungguh, kebersamaan dengan para mahasiswa merupakan kesempatan untuk berbagai. Bahwa tidak ada gading yang tidak retak, sebagai dosen saya berusaha untuk dapat menginspirasi mahasiswa. Memang, harapan ideal tersebut belum tergapai dan hal tersebut memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. 

Ya …, mudah-mudahan masih bisa melanjutkan perjalanan!

Merekapun Belajar Sembari Berbagi … 

Kerap kali didengungkan bahwa kampus bukanlah menara gading yang memisahkan masyarakat akademis dari realitas sosial kemasyarakatan. Masyarakat akademis adalah bagian dari peradaban dan bahkan ada yang mensinyalir bahwa Perguruan Tinggi merupakan pusat perkembangan peradaban bangsa. Karena itu, masyarakat akademis juga menjadi tumpuan harapan bagi terciptanya perubahan sosial menuju peradaban yang semakin beradab.

Sejarah telah mencatat bahwa bahwa banyak gerakan perubahan yang dipelopori masyarakat akademis. Di negeri tercinta, setidaknya gerakan mahasiswa 1966 dan 1998 menjadi catatan sejarah tentang bagaimana masyarakat akademis turut memberi warna bagi sejarah bangsa.

Sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks yang dihadapi, para mahasiswa juga diharapkan  dapat memberikan kontribusi dan menjadi agen pembaharu entah ketika mereka masih berada di Perguruan Tinggi, pun kelak ketika mereka berada di tengah masyarakat. Tidak mesti dengan gerakan hebat yang menggoncangkan dunia, tetapi juga melalui hal-hal kecil mereka pasti dapat berkontribusi bagi masyarakat sekitar.

Sejalan dengan visi-misi, institusi di mana saya mengabdi juga memberi ruang kepada mahasiswa untuk merancang dan melaksanakan kegiatan kemahasiswaan. Sebagai contoh, setiap bulan diadakan kegiatan pendampingan para mahasiswa berupa rekoleksi mahasiswa. Selain itu, para mahasiswa dibekali kegiatan pengembangan kewirausahaan, pelatihan jurnalistik, porseni dan paduan suara.

Kegiatan kemahasiswaan tidak hanya terlaksana dalam lingkup kampus.  Mereka juga diarahkan untuk bisa belajar dari dari dan bersama masyarakat setempat melalui program tertentu. Ketika mereka menjalani program weekend dan Praktik Kerja Lapangan selama satu semester, masyarakat sekitar terbantu dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya pendalaman iman, memimpin ibadat dan pelayanan yang lainnya. Kegiatan kemahasiswaan juga telah membantu paroki dan keuskupan dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan tertentu.

Kegiatan kemahasiswaan memberikan manfaat bagi para mahasiswa. Beberapa hal yang bisa terlihat adalah kemandirian mereka untuk merancang dan melaksanakan suatu kegiatan. Selain itu, kegiatan kemahasiswaan menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri mereka. Singkatnya, melalui kegiatan-kegiatan yang ada, para mahasiswa dituntun untuk mengasah soft skill mereka.

Dengan berbagai kegiatan kemahasiswaaan yang ada, institusi mendapatkan manfaat. Melalui kegiatan kemahasiswaan, institusi hadir di tengah masyarakat sekitar dalam diri mahasiswa dan dosen. Institusi makin dikenal oleh masyarakat pengguna dan hal ini memungkinkan terciptanya kerja sama dengan pihak lain.

Para dosen didorong terlibat bersama mahasiswa dan pada kegiatan-kegiatan tertentu, institusi mendorong adanya kerja sama antara mahasiswa dengan dosen. Salah satu hal yang saya timba adalah bagaimana memupuk kebersamaan dan rasa kekeluargaan antara dosen dan mahasiswa.

Dalam kegiatan kemahasiswaan, mahasiswa bukanlah tong yang semata-mata menampung atau sekedar menuruti apa yang dikehendaki Perguruan Tinggi atau dosen. Berbagai kegiatan kemahasiswaan, diharapkan berpijak pada pengakuan bahwa mahasiswa adalah pribadi-pribadi yang kreatif nan menakjubkan. Bagaimanapun kegiatan kemahasiswa diarahkan untuk pematangan diri mereka dan mendorong mereka untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.

Sebagai dosen, di satu sisi saya berupaya hadir sebagai rekan seperjalanan. Tetapi,  pada saat tertentu saya sekiranya bisa mengarahkan mereka pada orientasi kegiatan sesuai visi-misi institusi. Interaksi yang baik antara dosen dan mahasiswa memungkinkan peningkatan kualitas kegiatan mahasiswa. Salah satu hal yang diupayakan adalah mengenal mereka secara personal.  Meski demikian, tetap dituntut untuk menempatkan diri dengan baik terutama menjaga privasi masing-masing.

Kepercayaan yang diberikan masyarakat adalah kesempatan istimewa untuk bisa belajar dari masyarakat sembari berbagi apa yang miliki kepada masyarakat. Sebagai bagian dari keluarga besar lembaga, saya memberikan apresiasi kepada para mahasiswa atas hal-hal yang mungkin terlihat kecil bagi pihak lain. Bagaimanapun, mereka sudah berjuang untuk belajar sembari berbagi dengan masyarakat sekitar. 

Kekhasan Konteks yang Meneguhkan 

Selain kegiatan pembelajaran di ruang kuliah, salah satu tanggung jawab masyarakat ilmiah adalah mengembangkan ilmu pengetahuan. Sebagai bagian dari masyarakat ilmiah, saya juga mesti terpanggil dan ikut bertanggung jawab mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai bidang keahlian saya, yakni teologi. 

Dalam teologi klasik, pergumulan teologi bersumber pada Kitab Suci dan Tradisi Gereja. Sementara itu, dewasa ini para teolog menyadari bahwa konteks juga merupakan sumber absah bagi refleksi teologi. Sejalan dengan wacana teologis yang berkembang, fokus karya ilmiah saya adalah mengkontekstualkan Kitab Suci dan Tradisi Gereja dalam Perjumpaan dengan konteks tertentu, seperti sosial, budaya, dan politik. 

Saya memaknai bahwa pengembangan keilmuan merupakan suatu proses mendekati kebenaran objektif melaui dialog tanpa henti dengan realitas, imuwan lain, dan juga dengan diri sendiri.  Hal ini hanya mungkin terjadi jika saya membuka diri dan menghargai partner dialog sebagai yang mengagumkan. Karena itu, setiap hal dapat dikembangkan dan dimaknai demi pengembangkan ilmu. 

Berbagai upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada akhirnya harus diarahkan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berandil dalam penguatan peradaban manusia. 

Selain mengagumi berbagai kemudahan yang ditawarkan era digital yang berpadu dengan arus globalisasi, salah satu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah pembauran nilai yang bisa jadi menghilangkan jati diri dan keunikan masyarakat setempat. Berhadapan dengan berbagai tawaran nilai, masing-masing pribadi meski dibekali oleh nilai-nilai tertentu sehingga dapat berpijak dengan teguh di tengah gempuran nilai-nilai yang datang dan pergi dalam sekejap. Dalam pengembangan keilmuan, karya imiah tersebut kiranya dapat berkontribusi bagi penguatan iman umat yang berakar pada kearifan nilai-nilai budaya setempat. 

Refleksi teologi mesti bertolak dari konteks tertentu dan konteks merupakan suatu kenicayaan sebagai sumber absah dari refleksi teologi dan para akhirnya refleksi teologi mesti memberikan makna atas konteks. Berkaitan dengan hal tersebut, ada banyak konteks yang dapat dijadikan sebagai pusat pergumulan teologis.  Sejalan dengan wacana teologis yang berkembang, fokus karya ilmiah saya adalah mengkontekstualkan Kitab Suci dan Tradisi Gereja dalam Perjumpaan dengan konteks tertentu, seperti sosial, budaya, dan politik. 

Dari beberapa karya yang telah dihasilkan, nilai inovatifnya adalah kekhasan nilai-nilai budaya tertentu. Sasaran yang dituju adalah  penguatan jadiri lokal melalui upaya revitaliasi nilai-nilai lokal/setempat.Dengan demikian, masyarakat dibantu untuk tetap berpijak pada jati diri budaya setempat dalam perjumpaan dengan nilai-nilai yang datang dari luar. Nilai-nilai Kristiani yang diwartakan dalam Kitab Suci dan diwariskan oleh Gereja mesti berdialog dengan nilai-nilai budaya. Di satu pihak, nilai-nilai budaya dapat memberikan sumbangsih bagi penguatan/pengakaran iman umat dan di pihak lain nilai-nilai budaya kian diperbaharui dalam terang iman. Karena itu refleksi teologis saya diarahkan untuk penguatan iman yang bersumber pada kearifan lokal/setempat.

Dalam pengembangan keahlian, fokus kajian saya adalah bagaimana mengkontekstualisasikan nilai-nilai Kristiani dalam kitab Suci dan tradisi Gereja sesuai konteks budaya setempat. Untuk itu, saya memposisikan nIlai-nilai Kristiani dan nilai-nilai budaya sebagai mitra dialog yang setara sehingga tidak ada yang dijadikan sebagai yang paling utama dan yang lain hanya sekedar sebagai pelengkap. Dialog hanya mungkin terjadi jika masing-masing pihak berada dalam posisi yang setara. Meski demikian, agar dapat menempatkan keduanya dalam dialog yang benar, maka dituntut untuk memahami keduanya secara tepat. 

Pemahaman yang  tepat itu dapat digapai dengan bantuan ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu, keterbukaan dengan ilmu-ilmu lain adalah suatu keniscayaan. Teologi tidak dapat berkembang tanpa sumbangsih ilmu-ilmu lain.  Dalam dialog dengan ilmu-ilmu lain, saya terbantu untuk memahami dan mendalami nilai-nilai Kristiani dan mendapatkan gambaran utuh tentang nilai-nilai budaya. Dalam melaksanakan hal tersebut, tentu dengan menggunakan metodologi tertentu sesuai dengan tuntutan ilmiah yang berlaku umum dan hal-hal tertentu yang menjadi kekhasasan ilmu tertentu.

Setiap orang sudah dianugerahi kemampuan dan potensi-potensi tertentu. Dengan kemampuan dan potensi yang sudah diberikan, setiap pribadi adalah rekan kerja Allah untuk mengambil bagian dalam karya Allah di tengah dunia sesuai bidang yang ditekuninya. Ketika saya menjadi bagian dari masyarakat ilmiah, maka saya dituntut untuk mengembangkan potensi yang dimilki untuk turut serta memberikan warna dalam pengembangan keilmuan.