Bimbingan Masyarakat Katolik Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah telah menyelenggarakan Kegiatan Pembinaan Keluarga Katolik Se-Kota Palangka Raya yang dilaksanakan di Fovere Hotel, Jl. G Obos Induk No. 97 Palangka Raya.
Oleh: Timotius T Jelahu
Pengantar
Kegiatan pembinaan ini dihadiri oleh seratus orang peserta dan beberapa nara sumber, yakni Bapak Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah, Bapak Pembimas Katolik Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah, YM. Bapak Uskup Keuskupan Palangka Raya, Mgr. A. M. Sutrisnaatmaka, MSF dan Dr. Yosef Dudi, M.Si.
Materi Pembinaan
Injil Lukas mengungkapkan bahwa Yesus merupakan pusat keluarga Nazaret, budaya dan bangsa-bangsa. Dalam hal ini, semua orang diundang untuk beriman kepada Yesus. Lebih jauh pengalaman iman Simeon yang telah melihat kesematan juga menjadi pengalaman iman bagi umat melihat keselamatan, yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus menjadi pusat keluarga Bangsa-Bangsa dan merupakan kasih karunia Allah untuk menyelamatkan umat manusia.
Keluarga Katolik mengambil bagian dalam karya misi untuk memberikan kesaksian tentang Kasih Karunia Allah yang mendatangkan keselamtan bagi semua orang. Sebagaimana Yesus telah berertumbuh dan berkembang dalam Keluarga Nazaret, setiap keluarga juga dipanggil untuk mengarahkan anak-anak semakin terus bertumbuh dan berkembang dalam hikhmah sehingga menjadi pribadi semakin berkenan kepada Allah dan juga dikasihi oleh Allah dan sesama manusia.
Dalam bermisi, Gereja dipanggil untuk mendengarkan situasi dan konteks. Keluarga pun diharapkan untuk tetap berhikmah dan menjadi berkat bagi keluarga dan orang-orang di sekitar. Dengan perkembangan zaman yang sedemikian cepat, keluarga diharapkan dapat menangkap hal-hal positif sembari mewaspadai hal-hal negatif dari perkembangan zaman. Kiranya keluarga tetap memandang Kristus di tengah berbagai tantangan hidup yang ada.
Setelah mendengarkan penyajian materi, para peserta melakukan sharing kelompok dengan dua pertanyaan penuntun. Pertanyaan pertama adalah apa yang sebaiknya dilakukan keluarga untuk mengarahkan anak agar sejak dini bisa mengendalikan dua hal yaitu gawaidan pemanfaatan uang sewajarnya? Ada banyak jawaban dari peserta untuk menjawabi pertanyaan ini, di antaranya adalah sebagai berikut: (a) Memberi pengertian kepada anak untuk bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, misalnya menghadiran kegiatan positif di sekolah atau di Gereja; (b) Menentukan jadwal bagai anak dalam menggunakan hp berdasarkan iventarisir kegiatan anak; (c) Memberikan pemahaman tentang hp dan mengontrol muatan hp; (d) Orang tua memberi teladan dengan membatasi diri dalam menggunakan hp dan perlu juga ada kesepakatan penggunaan hp di rumah; (e) Orang tua menyiapkan waktu untuk bersama kelurga.
Pertanyaan kedua adalah apa yang bisa dilakukan keluarga agar semangan pengorbanan menguat dan bisa menangkal materialisme dan konsumerisme? Menjawabi pertanyaan ini, ada beberapa hal yang diketengahkan oleh peserta, antara lain: (a) Memberikan pengertian kepada anak agar menggunakan uang sesuai kebutuhan dan keuangan keluarga; (b) Membiasakan anak-nak untuk bisa berbagi dengan sesama, misalnya melalui aksi puasa, membiasakan menabung dan menentukan uang saku sesuai kesepakatan; (b) Anak dilatih untuk membuat anggaran belanja sesuai kebutuhannya; (c) Keterbukaan orang tua kepada anak tentang pendapatan keluarga; (d) Berbagi berkunjung ke panti asuhan Membiasakan memberikan persembahan.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi perkembangan iman anak.Tanggung jawab tersebut meruapakan konsekwensi dari cinta kasih Allah dalam Sakramen Perkawinan. Anak-anak yang dipercakan kepada setiap orang tua juga menuntut tanggung jawab dalam menanamkan iman kepada Yesus Kristus. Iman anak mesti dididik dan dibina dengan mempertimbangkan lingkungan, sarana yang dimiliki orang tua, dan tidak individualistik. Pendidikan iman anak dalam keluarga menjadi benteng bagi anak dalam menghahadapi degradasi nilai iman di tengah dunia dewasa ini. Dalam pendidikan iman, keluarga juga diharapkan membiasakan anak-anak untuk terlibat dalam lingkungan Gereja dan masyarakat.
Penutup
Orang tua bertanggung jawab dalam formasi iman anak. Penguatan dan pedampingan iman harus dimulai dalam keluarga. Sebagai ecclesia domestica, setiap orang tua bertanggung jawab dalam kaderisasi dan pendampingan iman dalam keluarga. Iman anak kiranya dapat bertumbuh dan berkembang dewasa dan mandiri berkat pendidikan iman dalam keluarga. Melalui baptisan yang telah diterima, setiap orang tua Katolik diutus untuk mewartakan hidup baru, yaitu percaya kepada Kristus dan dengan demikian juga ikut ambil bagian dalam misi untuk menumbuhkan dan mengembangkan iman anak dalam keluarga masing-masing.